Kamis, 31 Juli 2014

The Avengers.

Assalamualaikum,

Selamat Pagiiiiii......

Ada yang udah nonton film The Avengers? Seru dong pastinya? saya yakin kita semua sepakat tuh film Special effectnya canggih banget!  keren!. Saya merasa ada beberapa hal dalam film itu yang kalo dipikir-pikir kayaknya gak jauh-jauh dari kehidupan ataupun aktivitas kita sebagai Leader, serta  banyak hal yang bisa kita ambil dari film tersebut, meski mungkin cara atau sudut pandang kita melihat dan menilainya agak berbeda, tapi gak masalah kok, toh perbedaanlah yang bikin manusia berkembang dan sejauh ini perbedaan jualah yang telah berhasil menghindarkan manusia dari kepunahan. Coba bayangkan seandainya semua manusia sama...jenis kelaminnya???

Oke, sekarang saya mencoba untuk menuliskan beberapa adegan di film itu yang menurut saya very inspiring, apa aja sih?, langsung aja kita saksikan bersama-sama adegan yang saya maksud, eh sebentar, saya pencet tombol replay dulu ya *mencet tombol replay...nah, ini dia! *mencet tombol play

Satu.
Sang Captain America berdiri diatas sebuah mobil patroli Polisi didepan sepasukan polisi, dan memberikan perintah kepada polisi-polisi tersebut untuk melakukan beberapa hal termasuk membuat perimeter sepanjang 39th Street untuk melindungi warga sipil, tapi seorang polisi (kayaknya sih, do’i komandannya tuh pasukan Polisi) menolak untuk ngelakuin perintah Captain America dan malah bertanya, “Et dah! Siape lu?! Ngapa gua musti nurutin ape kate lu?!?!”, (Ternyata komandannya orang betawi Bojong J)  Belum sempet Captain America menjawab, tiba-tiba ada beberapa prajurit Chintauri yang langsung menyerang sang Captain, dan Alhamdulillah dengan sigapnya sang Captain berhasil mengalahkan semua prajurit Chintauri yang  menyerangnya. Melihat kejadian tersebut yang berlangsung persis  di depan matanya, sang Komandan Polisi tadi gak pake ba-bi-bu lagi langsung balik badan dan memberi komando ke anak buahnya untuk melakukan apa yang tadi sudah Captain America perintahkan.

Moral of Story.
Saya lupa pernah baca kalimat “You have achieved excellence as a leader when people will follow you everywhere” dimana, apalagi siapa yang bikin kalimat itu. Mari kita bahas satu point di adegan ini, Captain America memberikan jawaban dari sebuah pertanyaan melalui sebuah action, yang membuktikan bahwa memang ia pantas untuk memimpin, pantas untuk di dengar, Respect tidak diberikan kepada kita tapi kitalah yang harus meraihnya. Kita pernah dalam posisi sebagai orang yang dipimpin, tentu kita pahami bersama bahwa apa yang kita inginkan belum tentu itu juga sebenarnya yang kita butuhkan, kadang-kadang kita justru membutuhkan sesuatu yang gak kita inginkan. Mari kita ingat kembali Apa yang kita inginkan dari orang yang memimpin kita? Apa yang kita butuhkan dari orang yang memimpin kita? Ketika kita mengalami suatu kondisi yang sulit, apa yang kita harapkan akan dilakukan oleh pemimpin kita untuk membantu kita?, bagaimana kita ingin diperlakukan oleh pemimpin kita?, saat sedang demotivasi apa yang ingin kita dapatkan dari pemimpin kita?, sedang bingung?, sedang melakukan kesalahan? , sedang butuh solusi?, sedang ingin didengar? Atau sedang galau?. Tentu kita sudah menemukan jawabannya, jawaban-jawaban itulah yang mungkin bisa kita jadikan pedoman aksi kita dalam menghadapi Dinamika Globalisasi di era Informatika  (Apaan tuh artinya?!) *buka KBBI *garuk2 kepala (Tetep gak ngerti juga saya) J. Intinya ya kurang lebih perlakukanlah orang lain sebagaimana anda ingin di perlakukan, Ikhlas membantu, lakukan apa yang kita mampu serta perlu lakukan, tumpahkan semua  yang kita ketahui dan mereka butuhkan, kasih cara-cara baru ke mereka, kalaupun kita melakukan sebuah kesalahan atau kekurangan, meminta maaf dengan tulus atas hal tersebut justru akan semakin mempererat ikatan lho.  Let say, semua manusia yang lahir ke dunia sudah di bundling dengan fitur yang namanya Sense, kita ngerasa kok kalo ada orang yang punya niat tulus, atau ada yang melakukan sesuatu dengan sekuat tenaga untuk kebaikan kita, meskipun mungkin hasilnya ke mereka belum maksimal.  Sense itulah yang memercikan api-api Chemistry sehingga mereka juga dengan Tulus memberikan yang terbaik untuk kita, atau bahkan melakukan suatu hal yang luar biasa bahkan tanpa kita minta.

Dua.
            Iron Man sedang terbang di antara gedung-gedung kota Manhattan, menghindari kejaran para prajurit Chintauri yang terus menembakinya sambil sesekali balas menembak. Gak lupa Iron Man dan prajurit-prajurit Chintauri berhenti sebentar pas lampu merah di Traffic Light prapatan Manhattan menyala, lalu mulai deh kejar-kejaran lagi begitu lampu Ijo yang gantian nyala. Di puncak sebuah gedung yang tinggi-tinggi sekali (eh, kaya lagu naik-naik ke puncak Gunung ya?),  Hawkeye mengamati kejadian itu beberapa saat, terus dia ngasih saran ke Iron Man untuk terbang melalui celah-celah sempit dan tikungan-tikungan tajam, karena berdasarkan pengamatan Hawkeye, ia melihat fakta kalo para prajurit Chintauri memiliki kesulitan untuk mengubah arah atau berbelok dengan cepat dan tepat  pada saat terbang. Iron Man nurutin aja sarannya Hawkeye, ia mengubah cara terbangnya, ia mulai terbang di sudut sempit diantara gedung-gedung, melakukan manuver-manuver ekstrim, mengubah arah terbang secara tiba-tiba, belok gak make nyalain lampu sign sampai terbang didalam parkiran sebuah gedung. Terbukti hasil pengamatan Hawkeye kagak salah!, beberapa pesawat Chintauri terlihat menabrak gedung gara-gara gak bisa belok dengan baik, ada juga para prajurit Chintauri yag terjatuh dari pesawat karena gak mampu mengendalikan pesawatnya hingga bahkan sebuah pesawat Chintauri menabrak Gerobak tukang Es Dawet Asli Banjarnegara di pinggir jalan sampe meledak. Merasa sangat terbantu dengan saran yang diberikan Hawkeye, gak lupa Iron Man bilang Makasih ke Hawkeye “Woi mas brooo, Maturnuwun Sanget yo, hebat! Sarane panchen manteppp!!!”, dengan tersipu-sipu dan pipi yang merona Hawkeye membalas “Sama-sama ya cyiiinnnn...That’s what a friend for”.

Moral of Story.
            Well, kalo kita lagi ada di lantai 6 sebuah gedung dan ngeliat keluar jendela, kita bisa ngeliat hal-hal yang enggak bisa kita liat dari lantai dasar, lantai 2 atau bahkan lantai 5 sekalipun. Tapi tetep, ada hal-hal yang gak bisa kita liat dari lantai 6 dan kita harus dengan sukarela ataupun terpaksa menaiki tangga untuk bisa sampai ke lantai 7, supaya kita bisa ngeliat apa yang gak bisa diliat dari lantai 6. Begitupun seterusnya. Gimana kalo gak mau naik ke lantai yang lebih tinggi?, pandangan kita akan terbatas dan akan menjadi semakin terbatas, karena dunia akan selalu bergerak tanpa mempedulikan kita ikut bergerak atau tidak. Oh, bisa sih kita minta diceritain temen kita yang udah di lantai lebih tinggi  apa aja yang dia liat, yakin?. Mari kita saling mengingatkan dan mendorong untuk selalu mengembangkan diri agar kita semua selalu mampu melihat dari posisi yang lebih tinggi, mampu memberi solusi terbaik atas kendala apapun yang kita temui, agar mampu melakukan hal-hal yang bukan hanya memang sudah seharusnya kita lakukan, tapi juga mampu melakukan sesuatu yang mungkin belum terpikirkan untuk dilakukan. Toh, gak perlu jadi Manager atau CEO dulu kan untuk bisa berpikir seperti Manager atau CEO?
“A leader is one who sees more than others see, who sees farther than others see, who sees before others do”
-Leroy Eims-

Tiga.
         Komandan Fury sedang  Skype-skypean dengan para Dewan (Gak tau deh nama Dewannya apa, yang pasti bukan Dewan 19 karena gak ada Ahmad Dhani disana J), yang kayanya sih Dewan itu bos-bosnya komandan Fury, serta memiliki power  yang jauh lebih gede dari si Fury. Mereka membahas kondisi kota Manhattan yang lagi di invasi sama prajurit Chintauri, melihat jalannya pertempuran antara Tim Avengers dengan Tim Chintauri, Dewan tersebut sangat pesimis jika Tim Avengers akan mampu keluar sebagai pemenang, ditengah keputus asaan Dewan melihat situasi dan kondisi  kota Manhattan, mereka memutuskan untuk menghancurleburkan pasukan Chintauri bersama dengan  kota Manhattan melalui Misil Nuklir. Tentu saja Komandan Fury menentang Keras keputusan Dewan tersebut, ia memberikan argumen-argumen tajam ke Dewan agar Dewan membatalkan keputusan itu, tapi sia-sia, kewenangan Komandan Fury dilucuti. Tapi ia gak menyerah,si Dodo makan Tomat, Bodo Amat! Pikir komandan Fury  ia tetap berusaha sekuat tenaga menggagalkan peluncuran Misil Nuklir, sayang 

Moral of Story.
            Ada beberapa cara dan sisi untuk melihat inspirasi dari adegan ini, saya mencoba untuk melihat dari sisi yang mungkin kurang populer atau bahkan cenderung kontroversial, tentu ada risikonya, but i’ll take it. Kita sepakat bahwa tidak ada satu manusia pun yang lahir sama persis dengan manusia yang lain, setiap manusia adalah Unik! Ada yang berpendapat kalo salah satu penyebab lambatnya Negara ini maju adalah terbiasanya penduduknya “diseragamkan”, bukan! Bukan masalah di wajibkan make seragam dari TK sampe SMU, kalo itu sih Jepang juga begitu, tapi toh Jepang udah maju kemana tau di banding kita, iya gak?. Ini lebih ke penyeragaman standar (Contoh : kalo cewek cantik tuh harus berkulit putih dan berambut panjang) dan pola pikir melalui keseragaman sumber dan isi informasi.
             
            Komandan Fury dianggap ‘aneh’ ketika berencana menghidupkan kembali proyek The Avengers, tapi ia yakin proyek itu akan berhasil, apakah ia berhasil karena ia yakin akan kemampuan The Avengers?.  Katakanlah begini, Komandan Fury berhasil karena ia sudah lebih dulu melihat hasil dari apa yang akan dia lakukan dan perjuangkan! Nah, karena dia sudah melihat hasil dari sesuatu yang belum dia lakukan, maka dia akan mudah untuk ditempelin label seperti aneh, gila, freak, geek, nerd dan sebangsanya. Sejarah sudah mencatat nama-nama seperti Gadjah Mada, Albert Einstein, Thomas A. Edison, Wright Brothers hingga Henry Ford. Di jamannya, apa label yang diberikan kepada mereka?, Tapi sekarang?. Komandan Fury masih beruntung, dia mendapat kesempatan untuk mengerjakan apa yang sudah dia lihat hasilnya sebelum dikerjakan. Bukankah banyak orang yang tidak seberuntung Komandan Fury?, Karena kita lebih senang menghakimi daripada memahami, kita mati-matian menuntut untuk dipahami tapi boro-boro mau untuk memahami. Kalo anda lagi laper banget lalu ada seorang tukang masak yang mau memasakan sebuah menu yang bernama  Bradwurst mit weich gekochte Ei buat anda, jangan di recoki, ntar gosong! J Gak jadi makan deh, padahal udah laper banget kan?! Betapa seringnya kita menasihatkan “jadilah dirimu sendiri!”. Tapi berapa kali kita mengatakan itu kepada diri kita sendiri? Seolah kalimat itu tidak lagi cocok bagi mereka yang berlabel pemimpin. Padahal, justru pemimpinlah yang paling membutuhkan nasihat itu. Jika tidak, mereka hanya akan diombang-ambing oleh system nilai dan teori-teori dari luar. Be Authentic!

Nah, begitulah kiranya hal-hal yang dapat saya sampaikan, apabila ada hal-hal yang baik itu datangnya dari Allah S.W.T sedangkan apabila ada kekurangan itu datangnya dari saya, Mohon maaf atas kekurangan tersebut, Wa billahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum. (eh, jadi berasa khotbah Jum’at J )

Note : Ini gue tulis dan gue posting dulu pas nih film baru main di Bioskop. Gue share juga ke teman2 sekantor, kalo sekarang udah basi ya masukin Microwave aja...biar anget. :p